Taubat adalah kembali dari apa yang ia taubati kepada dzat yang Maha penerima Taubat. Taubat yang disyariatkan adalah kembali kepada Alloh Azza wa Jalla dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya. Taubat bukan hanya dari melakukan kejahatan saja sebagaimana persangkaan sementara orang, mereka tidak memperkirakan taubat selain dari kejahatan dan keburukan yang dilakukan seperti zina dan aniaya. Padahal taubat dari meninggalkan perintah lebih penting daripada taubat dari melakukan larangan.
Kebanyakan orang meninggalkan perintah Alloh yang berbentuk perkataan dan perbuatan hati serta tubuh, bisa jadi mereka tidak tahu kalau hal itu diperintahkan, atau mereka tahu tapi tidak mau mengikuti dengan ini mereka termasuk orang-orang yang sesat karena ketidaktahuan akan ilmu yang bermanfaat itu atau termasuk orang-orang yang dimurkai Alloh karena menentang kebenaran setelah mereka mengetahuinya.
Oleh karena itu Allah Subhanu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya kaum mukminin untuk berdoa kepadaNya di setiap shalat (supaya dijauhkan dari jalan yang dimurkai dan yang sesat), Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”[1]
Dan karena itu pula Alloh Subhanau wa Ta’ala meniadakan kedua sifat ini dari NabiNya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Demi bintang ketika terbenam.Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkan itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”[2]
Orang yang sesat adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran, ia menyangka, bahwa dirinya berada di atas kebenaran padahal ia tidak mengetahuinya, sebagaimana kondisi kaum Nasrani, Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”[3]
Sedangkan orang yang menyeleweng (yang dimurkai) adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya padahal ia tahu bahwa hal itu bertentangan dengan kebnenaran, sebagaimana kondisi kaum Yahudi. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alas an yang benar dari tanda-tanda kekuasaanKu. Mareka jika tiap-tiap melihat ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lali daripadanya.”[4]
Dan firman Alloh yang artinya :
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh syaitan (sampai ia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”[5]
Waspadai Syahwat Penyelewengan dan Kesesatan
Dalam hadits Rasululloh Shalallohu’alaihi Wassalam bersabda :
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terhadap kalian adalah syahwat penyelewengan dalam perut kalian dan kemaluan kalian serta cobaan yang menyesatkan.”[6]
Penyelewengan dan kesesatan adalah pangkal kejahatan dan keburukan anak Adam, karena manusia pada dasarnya (zhalim dan bodoh) sebagaimana dalam firman Alloh yang artinya :
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.”[7]
Dengan kezhalimannya ia menyeleweng dan dengan kebodohannya ia sesat. Seringkali kedua hal ini berkumpul menjadi satu, ia sesat dalam kondisi tertentu dan menyeleweng dalam kondisi yang lain, karena itu bersifat sangat bodoh dan zhalim, dengan itu ia mendapat hukuman untuk masing-masing kesalahannya, sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang artinya :
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Alloh penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”[8]
Demikianlah sebagaimana seorang mukmin yang diberi ganjaran dari kebaikannya berupa kebaikan yang lain. Jika ia berbuat dengan pengetahuannya maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya pengetahuan akan sesuatu yang belum ia ketahui, dan jika ia berbuat dengan kebaikannya maka hal itu akan mengundang kebaikan yang lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya :
“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Alloh menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.”[9]
Dan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang artinya :
“Dan Alloh akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal shalih yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.”[10]
Rasululloh Shalallohu’alaihi Wassalam menyebutkan bahwa syahwat penyelewengan itu berada di perut dan kemaluan, dalam kitab ash-Shahih disebutkan bahwa beliau bersabda :
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara kedua jenggotnya dan kedua kakinya aku jamin untuknya surga.”[11]
Sedangkan cobaan yang menyesatkan, yaitu seorang hamba dicoba sampai tersesat dari jalan Alloh walaupun ia menyangka bahwa ia berada di atas petunjuk, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan –syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.”[12]
Jika syahwat penyelewengan dan cobaan yang menyesatkan berkumpul menjadi satu, maka bala’ menjadi kuat, pelakunya menjadi sesat sekaligus dimurkai Alloh.
Cinta terhadap sesuatu membuat buta dan tuli, cinta itu akan memperindah apa yang disenangi dan dibanggakan serta membuat benci terhadap yang berlawanan dengannya, sehingga berkumpul pada diri orang tersebut sifat sombong, angan-angan dan dengki yang di dalamnya terdapat kebencian terhadap nikmat Alloh yang diberikan kepada hamba-hambaNya, lebih-lebih lagi kepada saingannya.
Sedangkan sombong dan dengki adalah dua penyakit yang menghancurkan umat-umat terdahulu dan sekarang, keduanya adalah dosa besar pertama yang dilakukan dalam rangka bermaksiat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Iblis sombong dan dengki kepada Adam Alaihissalam, demikian juga anak Adam yang dengki lalu membunuh saudaranya.
Oleh karena itu sombong menghilangkan Islam, sebagaimana syirik menghilangkan Islam, karena islam adalah menyerahkan diri seutuhnya hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, orang yang menyerahkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan kepada selainNya maka ia telah berbuat syirik, adapun orang yang tidak mau menyerahkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala maka ia adalah orang yang sombong seperti Fir’aun dan para pembesarnya, untuk itu Musa Alaihissalam berkata kepada mereka :
“Dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Alloh. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.”[13]
Dan Alloh berfirman tentang Fir’aun :
“Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alas an yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.”[14]
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”[15]
Di dalam hadits disebutkan bahwa yang ditakuti pada umat ini adalah penyelewengan pada syahwat perut dan kemaluan, adapun penyelewengan berupa kesombongan dari mengikuti kebenaran adalah kekafiran, pelakunya bukan termasuk umat ini, seperti Iblis, Fir’aun dan lain-lain, sedangkan penyelewengan pada syahwat perut dan kemaluan terjadi pada kaum mukminin di mana mereka nantinya akan bertaubat, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surge dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan member petunjuk.”[16]
Dalam as-Sunan dan al-Musnad dari hadits laits ibn Sa’d dari Yazid ibn al-Had dari Amru dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallohu’anhu berkata : aku mendengar Rasululloh Shalallohu’alaihi Wassalam bersabda :
“Sesungguhnya Iblis berkata kepada Tuhannya Azza wa Jalla : “Demi Kehormatan dan KemuliaanMu aku akan senantiasa menyelewengkan anak cucu Adam selama ruh masih bersama mereka”, Tuhannya Azza wa Jalla berfirman kepadanya : “Maka demi Kehormatan dan KemuliaanKu Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampun kepadaku.”[17]
[MUTIARA TAUBAT, SYAIKHUL IBNU TAIMIYYAH, PUSTAKA AS-SUNNAH]
----------------
----------------
Foot Note :
[1] Qs. Al-Fatihah 6-7
[2] Qs. An-Najm 1-4
[3] Qs. Al-Maidah 77
[4] Qs. Al-A’raf 146
[5] Qs. Al-A’raf 175-176
[6] Dari riwayat Abu Barzah al-Aslami radhiyallohu’anhu dalam al-Musnad 4:420
[7] Qs. Al-Ahzab 72
[8] Qs. Al-Baqoroh 10
[9] Qs. Muhammad 17
[10] Qs. Maryam 76
[11] lafal hadits dalam dua kitab : ash-Shahihah,lafal pertama 8 dalam 100 Kitab ar-Riqaq Bab Hifdzatul Lisan dan lafal kedua 8 dalam 164 Kitab al-Muharibin Bab Fadhlu Man Tarakal Fawahisy
[12] Qs. Az-Zukhruf 36-37
[13] Qs. Ad-Dukhan 19
[14] Qs. Al-Qashash 39
[15] Qs. An-Naml 14
[16] Qs. Thaha 121-122
[17] Qs. Hadits dengan lafal Abu Sa’id ad-Khudri radhiyallohu’anhu dalam al-Musnad 3 : 29
0 komentar:
Posting Komentar