Alhamdulillah ya akhi bahwa ana termasuk diantara yang dekat dengan beliau yaitu al ustadz Abdul hakim bin Amir Abdat hafizhahullah dari sekian banyak kaum muslimin dinegri ini. Dan wajib bagi ana ya akhi untuk menceritakan sebagian tentang riwayat beliau yang ana ketahui karena ana adalah diantara orang yang mengetahui atau mendapatkan kisah dari beliau apa yang kaum muslimin yang lain tidak mengetahuinya agar mereka tahu dan dapat berpijak dengan ilmu dan keadilan tentang seorang yang telah banyak berjasa dalam menyebarkan dakwah sunnah, dakwah salafiyah mubarakah di negri tercinta ini.
Ada banyak kisah-kisah menarik dan penuh dengan ibrah sebenarnya yang ingin ana ceritakan dari kisah perjalanan ilmiyah beliau dalam menuntut ilmu syar’i. Yang mana kisah-kisah tersebut penuh dengan pelajaran untuk kita sekalian, dan yang akan paling dapat merasakan bagian terbesar dari pelajaran tersebut adalah para “pelajar ilmiyyah” yaitu yang mengkhususkan diri-diri mereka untuk menuntut ilmu agama Allah secara lebih tafsil.
Yang kisah tersebut ana dan beberapa orang teman dapatkan langsung dari beliau ditempat dan waktu yang berbeda-beda ketika sedang bersama beliau, itu tadi yang ana jelaskan diawal karena kesempatan yang Allah berikan kepada ana dan sebagian ikhwan untuk dapat mempunyai hubungan yang lebih dari yang lain dengan beliau al ustadz yang kami cintai karena Allah.
Perlu antum sekalian ketahui akhi yang dimuliakan oleh Allah atas sebab Islam , bahwa kecintaan beliau terhadap ilmu islam adalah semenjak beliau masih kanak-kanak yakni dibangku sekolah dasar yang merupakan pendidikan formal satu-satunya yang beliau lalui. Oleh karena itu beliau pernah mengatakan di majelis hadits shahih bukhari yang beliau pimpin yang maknanya bahwa beliau hanyalah lulusan S1 yaitu SD karena “S”nya cuma satu.
Akan tetapi bukankah jalan menempuh ilmu itu banyak yang pada zaman ini telah disempitkan oleh sebagian manusia dimana mereka mengatakan bahwa kalau seseorang itu tidak memiliki gelar-gelar dari pendidikan formal maka dia bukan orang yang berpendidikan meskipun telah jelas sekali dihadapan matanya akan luasnya ilmu orang tersebut.
Maka beliau memutuskan untuk fokus menuntut ilmu syar’i setelah selesai beliau dibangku sekolah dasar. Perlu antum ketahui akhi bahwa keputusan beliau untuk memfokuskan menuntut ilmu syar’i adalah atas dasar prinsip beliau sendiri yang ketika itu masih anak-anak, namun SUBHANALLAH beliau sudah memiliki prinsip yang seperti itu bahkan semenjak sekolah dasar.
Beliaupun sudah mempunyai prinsip yang kuat yang diterapkan oleh seorang yang masih kanak-kanak pada waktu itu yaitu beliau tidak mau mengikuti pelajaran yang sekiranya tidak bermanfaat buat beliau seperti kalau sekarang namanya pelajaran ppkn dan beberapa pelajaran yang lainnya.
Maka beliau tidak lanjutkan pendidikan beliau ke jenjang formal SMP, namun beliau memilih untuk mendalami ilmu agama yang pada awal perjalanan beliau belajar disalah satu pesantren milik seorang kiyai terkenal di jakarta yaitu kyai Abdullah Syafi’i yang merupakan guru-guru awal beliau, namun beliau oleh ayahnya tidak di izinkan untuk berasrama dipesantren tersebut.
Akan tetapi ayahnya meminta kepada pihak pesantren agar beliau pulang pergi saja agar ayahnya lebih dapat mengurus keperluan beliau dengan lebih baik. Maka belajarlah beliau disana sampai karena suatu sebab beliau tidak belajar lagi di tempat tersebut dan pindah ke tempat yang lain di jakarta juga yang saat ini tempat tersebut telah menjadi masjid Istiqlal yang pada saat beliau belajar belum di bangun.
Dan beliau mengatakan bahwa beliau bersyukur kepada Allah bahwa beliau tidak belajar terus ditempat belajar beliau yang pertama, karena kalau sampai terus disana mungkin beliau akan berada diatas pemahaman quburiyyun dan kesesatan dalam beragama seperti umumnya pemahaman islam di negri kita ini.
Maka ditempat barunya ini beliau nampak sekali kecerdasan beliau sehingga beliau selalu loncat langsung ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga beliau mengatakan yang maknanya bahwa “saya adalah yang paling kecil diantara teman-teman belajar saya”.
Beliau pernah pada saat kewafatan ibunda beliau beberapa tahun lalu tepatnya ketika khutbah kematian setelah dikuburkan jenazah ibunda beliau ke dalam tanah, maka beliau langsung berkhutbah dan ada disalah satu yang beliau sampaikan di khutbah tersebut yang membuat beliau sangat sedihnya dan mulai berlinang airmata beliau dan juga air mata para ikhwan yang hadir yang mendengarkan khutbah yang sangat bagus dan bermanfaat tersebut tentang hakikat kematian yaitu beliau menceritakan tentang jasa ibunda beliau yang membelikan kepada beliau kitab shahih muslim yang merupakan kitab hadits pertama yang beliau miliki atas hadiah dari ibunda beliau. Kitab tersebut masih ada sampai saat ini pada beliau dan telah berumur tua.
Beliau mengatakan bahwa itulah di antara sebab yang mengantarkan beliau cinta kepada hadits-hadits musthafa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan mulai mendalami ilmu hadits.
Kemudian ringkas kata dari kisah ini diantaranya juga beliau mendalami ilmu qira’at (bacaan qur’an) kepada salah seorang guru besar ahli qira’at di indonesia yang merupakan juri nasional dan internasional qira’at alqur’an pada waktu itu.
Beliaupun belajar sampai meninggal dunia guru tersebut. Beliau pernah ditawarkan oleh guru beliau tersebut untuk menjadi qari nasional namun beliau menolak dengan mengatakan secara baik-baik kepada guru beliau bahwa ajarkan saja saya ilmu tentang qira’at alqur’an.
Oleh karena itu dalam ilmu qira’at beliau memiliki ilmu yang cukup. Terkadang di dalam majelis beliau suka memberikan penjelasan sedikit berikut contohnya tentang macam baacan-bacaan alqur’an.
Kemudian beliau pernah menuturkan bahwa kalau ada seorang imam shalat kemudian pas kebetulan dibelakang imam tersebut ada guru qira’at beliau sebagai makmumnya, maka setelah shalat imam tersebut akan diberikan kritikan ilmiyyah tentang kesalahanya dalam bacaan qur’an dan rata-rata tidak ada yang lulus dari kesalahan, kata beliau.
Dan perlu antum sekalian ketahui akhi bahwa ada guru beliau yang paling berkesan bagi beliau dan amat beliau cintai dari guru-guru beliau yang lainnya, dia adalah sebagaimana dijelaskan oleh al ustadz merupakan ahli tafsir di negri kita ini yang sangat disegani oleh para kiayi dinegri ini.
Al ustadz belajar ilmu tafsir alqur’an kepada beliau bertahun-tahun sampai guru beliau meninggal dunia. Tahukah antum sekalian akhi bahwa sebelum mempelajari tafsir dengan sang guru maka yang dipelajari terlebih dahulu adalah pengantar ilmu tafsir qur’an dan itu selama beberapa tahun baru kemudian masuk kepada ilmu tafsir qur’an selama beberapa tahun sampai wafatnya guru beliau.
Maka senantiasa ana merasa heran kepada sebagian orang yang atas dasar ketidaktahuannya mengatakan bahwa al ustadz adalah orang yang belajar agama secara otodidak, seharusnya orang yang tidak tahu tugasnya adalah mencari tahu bukannya berbicara atas dasar kebodohannya dan malah menyebarkanya kepada manusia.
Maka sesungguhnya Allah akan membalas atas apa yang dilakukan manusia sebagaimana firman-Nya dalam surat al -Israa ayat 33: “…sesungguhnya pendengaran penglihatan dan apa yang ada dalam hati akan dimintai pertanggungan jawabnya”.
Ada beberapa kisah yang menarik antara beliau dan guru tafsir beliau yang ingin ana ceritakan secara ringkas kepada antum sekalian.
Kisah Pertama bahwa guru beliau sebagaimana yang beliau ceritakan sangat pakar dalam tafsir qur’an akan tetapi lemah dalam ilmu hadits, karena tidak seorang alimpun yang sempurna ilmunya yang menguasai seluruh disiplin ilmu di dalam islam. Maka apabila guru beliau ingin mengajar atau berceramah dan membawakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka ia meminta kepada al ustadz untuk terlebih dahulu memeriksa tentang keadaan hadits tersebut apakah sah atau tidak hadits yang akan guru beliau bawakan.
Kisah yang kedua adalah pada waktu itu beliau telah mulai banyak menulis risalah-risalah tentang permasalahan-permasalahan agama diantaranya tentang hadits, maka diantara risalah yang beliau tulis adalah mengenai hadits-hadits tentang ancaman berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (tulisan beliau ini di kemudian hari beliau masukan dalam kitab beliau diantaranya al masaail jilid yang pertama dengan judul ancaman berdusta atas nama rasulullah), maka tulisan beliau ini di baca oleh guru beliau dan guru beliau amat tertarik dengan tulisan beliau ini. Maka tanpa sepengetahuan beliau, guru beliau memfotokopikan tulisan beliau tersebut kemudian beliau bagikan kepada para kiayi di negri ini dalam rangka memberikan masukan ilmiyyah kepada para kiayi tentang permasalahan tersebut. Insya Allah bersambung akhi …
Judul asli :
Kisah Perjalanan Guru Yang Kami Cintai Karena Allah bag.1
Ada banyak kisah-kisah menarik dan penuh dengan ibrah sebenarnya yang ingin ana ceritakan dari kisah perjalanan ilmiyah beliau dalam menuntut ilmu syar’i. Yang mana kisah-kisah tersebut penuh dengan pelajaran untuk kita sekalian, dan yang akan paling dapat merasakan bagian terbesar dari pelajaran tersebut adalah para “pelajar ilmiyyah” yaitu yang mengkhususkan diri-diri mereka untuk menuntut ilmu agama Allah secara lebih tafsil.
Yang kisah tersebut ana dan beberapa orang teman dapatkan langsung dari beliau ditempat dan waktu yang berbeda-beda ketika sedang bersama beliau, itu tadi yang ana jelaskan diawal karena kesempatan yang Allah berikan kepada ana dan sebagian ikhwan untuk dapat mempunyai hubungan yang lebih dari yang lain dengan beliau al ustadz yang kami cintai karena Allah.
Perlu antum sekalian ketahui akhi yang dimuliakan oleh Allah atas sebab Islam , bahwa kecintaan beliau terhadap ilmu islam adalah semenjak beliau masih kanak-kanak yakni dibangku sekolah dasar yang merupakan pendidikan formal satu-satunya yang beliau lalui. Oleh karena itu beliau pernah mengatakan di majelis hadits shahih bukhari yang beliau pimpin yang maknanya bahwa beliau hanyalah lulusan S1 yaitu SD karena “S”nya cuma satu.
Akan tetapi bukankah jalan menempuh ilmu itu banyak yang pada zaman ini telah disempitkan oleh sebagian manusia dimana mereka mengatakan bahwa kalau seseorang itu tidak memiliki gelar-gelar dari pendidikan formal maka dia bukan orang yang berpendidikan meskipun telah jelas sekali dihadapan matanya akan luasnya ilmu orang tersebut.
Maka beliau memutuskan untuk fokus menuntut ilmu syar’i setelah selesai beliau dibangku sekolah dasar. Perlu antum ketahui akhi bahwa keputusan beliau untuk memfokuskan menuntut ilmu syar’i adalah atas dasar prinsip beliau sendiri yang ketika itu masih anak-anak, namun SUBHANALLAH beliau sudah memiliki prinsip yang seperti itu bahkan semenjak sekolah dasar.
Beliaupun sudah mempunyai prinsip yang kuat yang diterapkan oleh seorang yang masih kanak-kanak pada waktu itu yaitu beliau tidak mau mengikuti pelajaran yang sekiranya tidak bermanfaat buat beliau seperti kalau sekarang namanya pelajaran ppkn dan beberapa pelajaran yang lainnya.
Maka beliau tidak lanjutkan pendidikan beliau ke jenjang formal SMP, namun beliau memilih untuk mendalami ilmu agama yang pada awal perjalanan beliau belajar disalah satu pesantren milik seorang kiyai terkenal di jakarta yaitu kyai Abdullah Syafi’i yang merupakan guru-guru awal beliau, namun beliau oleh ayahnya tidak di izinkan untuk berasrama dipesantren tersebut.
Akan tetapi ayahnya meminta kepada pihak pesantren agar beliau pulang pergi saja agar ayahnya lebih dapat mengurus keperluan beliau dengan lebih baik. Maka belajarlah beliau disana sampai karena suatu sebab beliau tidak belajar lagi di tempat tersebut dan pindah ke tempat yang lain di jakarta juga yang saat ini tempat tersebut telah menjadi masjid Istiqlal yang pada saat beliau belajar belum di bangun.
Dan beliau mengatakan bahwa beliau bersyukur kepada Allah bahwa beliau tidak belajar terus ditempat belajar beliau yang pertama, karena kalau sampai terus disana mungkin beliau akan berada diatas pemahaman quburiyyun dan kesesatan dalam beragama seperti umumnya pemahaman islam di negri kita ini.
Maka ditempat barunya ini beliau nampak sekali kecerdasan beliau sehingga beliau selalu loncat langsung ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga beliau mengatakan yang maknanya bahwa “saya adalah yang paling kecil diantara teman-teman belajar saya”.
Beliau pernah pada saat kewafatan ibunda beliau beberapa tahun lalu tepatnya ketika khutbah kematian setelah dikuburkan jenazah ibunda beliau ke dalam tanah, maka beliau langsung berkhutbah dan ada disalah satu yang beliau sampaikan di khutbah tersebut yang membuat beliau sangat sedihnya dan mulai berlinang airmata beliau dan juga air mata para ikhwan yang hadir yang mendengarkan khutbah yang sangat bagus dan bermanfaat tersebut tentang hakikat kematian yaitu beliau menceritakan tentang jasa ibunda beliau yang membelikan kepada beliau kitab shahih muslim yang merupakan kitab hadits pertama yang beliau miliki atas hadiah dari ibunda beliau. Kitab tersebut masih ada sampai saat ini pada beliau dan telah berumur tua.
Beliau mengatakan bahwa itulah di antara sebab yang mengantarkan beliau cinta kepada hadits-hadits musthafa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan mulai mendalami ilmu hadits.
Kemudian ringkas kata dari kisah ini diantaranya juga beliau mendalami ilmu qira’at (bacaan qur’an) kepada salah seorang guru besar ahli qira’at di indonesia yang merupakan juri nasional dan internasional qira’at alqur’an pada waktu itu.
Beliaupun belajar sampai meninggal dunia guru tersebut. Beliau pernah ditawarkan oleh guru beliau tersebut untuk menjadi qari nasional namun beliau menolak dengan mengatakan secara baik-baik kepada guru beliau bahwa ajarkan saja saya ilmu tentang qira’at alqur’an.
Oleh karena itu dalam ilmu qira’at beliau memiliki ilmu yang cukup. Terkadang di dalam majelis beliau suka memberikan penjelasan sedikit berikut contohnya tentang macam baacan-bacaan alqur’an.
Kemudian beliau pernah menuturkan bahwa kalau ada seorang imam shalat kemudian pas kebetulan dibelakang imam tersebut ada guru qira’at beliau sebagai makmumnya, maka setelah shalat imam tersebut akan diberikan kritikan ilmiyyah tentang kesalahanya dalam bacaan qur’an dan rata-rata tidak ada yang lulus dari kesalahan, kata beliau.
Dan perlu antum sekalian ketahui akhi bahwa ada guru beliau yang paling berkesan bagi beliau dan amat beliau cintai dari guru-guru beliau yang lainnya, dia adalah sebagaimana dijelaskan oleh al ustadz merupakan ahli tafsir di negri kita ini yang sangat disegani oleh para kiayi dinegri ini.
Al ustadz belajar ilmu tafsir alqur’an kepada beliau bertahun-tahun sampai guru beliau meninggal dunia. Tahukah antum sekalian akhi bahwa sebelum mempelajari tafsir dengan sang guru maka yang dipelajari terlebih dahulu adalah pengantar ilmu tafsir qur’an dan itu selama beberapa tahun baru kemudian masuk kepada ilmu tafsir qur’an selama beberapa tahun sampai wafatnya guru beliau.
Maka senantiasa ana merasa heran kepada sebagian orang yang atas dasar ketidaktahuannya mengatakan bahwa al ustadz adalah orang yang belajar agama secara otodidak, seharusnya orang yang tidak tahu tugasnya adalah mencari tahu bukannya berbicara atas dasar kebodohannya dan malah menyebarkanya kepada manusia.
Maka sesungguhnya Allah akan membalas atas apa yang dilakukan manusia sebagaimana firman-Nya dalam surat al -Israa ayat 33: “…sesungguhnya pendengaran penglihatan dan apa yang ada dalam hati akan dimintai pertanggungan jawabnya”.
Ada beberapa kisah yang menarik antara beliau dan guru tafsir beliau yang ingin ana ceritakan secara ringkas kepada antum sekalian.
Kisah Pertama bahwa guru beliau sebagaimana yang beliau ceritakan sangat pakar dalam tafsir qur’an akan tetapi lemah dalam ilmu hadits, karena tidak seorang alimpun yang sempurna ilmunya yang menguasai seluruh disiplin ilmu di dalam islam. Maka apabila guru beliau ingin mengajar atau berceramah dan membawakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka ia meminta kepada al ustadz untuk terlebih dahulu memeriksa tentang keadaan hadits tersebut apakah sah atau tidak hadits yang akan guru beliau bawakan.
Kisah yang kedua adalah pada waktu itu beliau telah mulai banyak menulis risalah-risalah tentang permasalahan-permasalahan agama diantaranya tentang hadits, maka diantara risalah yang beliau tulis adalah mengenai hadits-hadits tentang ancaman berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (tulisan beliau ini di kemudian hari beliau masukan dalam kitab beliau diantaranya al masaail jilid yang pertama dengan judul ancaman berdusta atas nama rasulullah), maka tulisan beliau ini di baca oleh guru beliau dan guru beliau amat tertarik dengan tulisan beliau ini. Maka tanpa sepengetahuan beliau, guru beliau memfotokopikan tulisan beliau tersebut kemudian beliau bagikan kepada para kiayi di negri ini dalam rangka memberikan masukan ilmiyyah kepada para kiayi tentang permasalahan tersebut. Insya Allah bersambung akhi …
Judul asli :
Kisah Perjalanan Guru Yang Kami Cintai Karena Allah bag.1
sumber :
1. kiriman email dari facebook fakta salafi
Sumber: http://inilahfakta.wordpress.com/2011/01/30/kisah-perjalanan-guru-yang-kami-cintai-karena-allah-bag-1/
2. http://kitabdanherbal.blogspot.com/2011/02/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
http://ahlussunnah-batang.blogspot.com/2011/03/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
1. kiriman email dari facebook fakta salafi
Sumber: http://inilahfakta.wordpress.com/2011/01/30/kisah-perjalanan-guru-yang-kami-cintai-karena-allah-bag-1/
2. http://kitabdanherbal.blogspot.com/2011/02/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
http://ahlussunnah-batang.blogspot.com/2011/03/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
Alhamdulillah ya akhi
bahwa ana termasuk diantara yang dekat dengan beliau yaitu al ustadz
Abdul hakim bin Amir Abdat hafizhahullah dari sekian banyak kaum
muslimin dinegri ini. Dan wajib bagi ana ya akhi untuk menceritakan
sebagian tentang riwayat beliau yang ana ketahui karena ana adalah
diantara orang yang mengetahui atau mendapatkan kisah dari beliau apa
yang kaum muslimin yang lain tidak mengetahuinya agar mereka tahu dan
dapat berpijak dengan ilmu dan keadilan tentang seorang yang telah
banyak berjasa dalam menyebarkan dakwah sunnah, dakwah salafiyah
mubarakah di negri tercinta ini.
Ada banyak kisah-kisah menarik dan penuh dengan ibrah sebenarnya yang
ingin ana ceritakan dari kisah perjalanan ilmiyah beliau dalam menuntut
ilmu syar’i. Yang mana kisah-kisah tersebut penuh dengan pelajaran untuk
kita sekalian, dan yang akan paling dapat merasakan bagian terbesar
dari pelajaran tersebut adalah para “pelajar ilmiyyah” yaitu yang
mengkhususkan diri-diri mereka untuk menuntut ilmu agama Allah secara
lebih tafsil.
Yang kisah tersebut ana dan beberapa orang teman dapatkan langsung dari
beliau ditempat dan waktu yang berbeda-beda ketika sedang bersama
beliau, itu tadi yang ana jelaskan diawal karena kesempatan yang Allah
berikan kepada ana dan sebagian ikhwan untuk dapat mempunyai hubungan
yang lebih dari yang lain dengan beliau al ustadz yang kami cintai
karena Allah.
Perlu antum sekalian ketahui akhi yang dimuliakan oleh Allah atas sebab
Islam , bahwa kecintaan beliau terhadap ilmu islam adalah semenjak
beliau masih kanak-kanak yakni dibangku sekolah dasar yang merupakan
pendidikan formal satu-satunya yang beliau lalui. Oleh karena itu beliau
pernah mengatakan di majelis hadits shahih bukhari yang beliau pimpin
yang maknanya bahwa beliau hanyalah lulusan S1 yaitu SD karena “S”nya
cuma satu.
Akan tetapi bukankah jalan menempuh ilmu itu banyak yang pada zaman ini
telah disempitkan oleh sebagian manusia dimana mereka mengatakan bahwa
kalau seseorang itu tidak memiliki gelar-gelar dari pendidikan formal
maka dia bukan orang yang berpendidikan meskipun telah jelas sekali
dihadapan matanya akan luasnya ilmu orang tersebut.
Maka beliau memutuskan untuk fokus menuntut ilmu syar’i setelah selesai
beliau dibangku sekolah dasar. Perlu antum ketahui akhi bahwa keputusan
beliau untuk memfokuskan menuntut ilmu syar’i adalah atas dasar prinsip
beliau sendiri yang ketika itu masih anak-anak, namun SUBHANALLAH beliau
sudah memiliki prinsip yang seperti itu bahkan semenjak sekolah dasar.
Beliaupun sudah mempunyai prinsip yang kuat yang diterapkan oleh seorang
yang masih kanak-kanak pada waktu itu yaitu beliau tidak mau mengikuti
pelajaran yang sekiranya tidak bermanfaat buat beliau seperti kalau
sekarang namanya pelajaran ppkn dan beberapa pelajaran yang lainnya.
Maka beliau tidak lanjutkan pendidikan beliau ke jenjang formal SMP,
namun beliau memilih untuk mendalami ilmu agama yang pada awal
perjalanan beliau belajar disalah satu pesantren milik seorang kiyai
terkenal di jakarta yaitu kyai Abdullah Syafi’i yang merupakan guru-guru
awal beliau, namun beliau oleh ayahnya tidak di izinkan untuk berasrama
dipesantren tersebut.
Akan tetapi ayahnya meminta kepada pihak pesantren agar beliau pulang
pergi saja agar ayahnya lebih dapat mengurus keperluan beliau dengan
lebih baik. Maka belajarlah beliau disana sampai karena suatu sebab
beliau tidak belajar lagi di tempat tersebut dan pindah ke tempat yang
lain di jakarta juga yang saat ini tempat tersebut telah menjadi masjid
Istiqlal yang pada saat beliau belajar belum di bangun.
Dan beliau mengatakan bahwa beliau bersyukur kepada Allah bahwa beliau
tidak belajar terus ditempat belajar beliau yang pertama, karena kalau
sampai terus disana mungkin beliau akan berada diatas pemahaman
quburiyyun dan kesesatan dalam beragama seperti umumnya pemahaman islam
di negri kita ini.
Maka ditempat barunya ini beliau nampak sekali kecerdasan beliau
sehingga beliau selalu loncat langsung ke jenjang yang lebih tinggi,
sehingga beliau mengatakan yang maknanya bahwa “saya adalah yang paling
kecil diantara teman-teman belajar saya”.
Beliau pernah pada saat kewafatan ibunda beliau beberapa tahun lalu
tepatnya ketika khutbah kematian setelah dikuburkan jenazah ibunda
beliau ke dalam tanah, maka beliau langsung berkhutbah dan ada disalah
satu yang beliau sampaikan di khutbah tersebut yang membuat beliau
sangat sedihnya dan mulai berlinang airmata beliau dan juga air mata
para ikhwan yang hadir yang mendengarkan khutbah yang sangat bagus dan
bermanfaat tersebut tentang hakikat kematian yaitu beliau menceritakan
tentang jasa ibunda beliau yang membelikan kepada beliau kitab shahih
muslim yang merupakan kitab hadits pertama yang beliau miliki atas
hadiah dari ibunda beliau. Kitab tersebut masih ada sampai saat ini pada
beliau dan telah berumur tua.
Beliau mengatakan bahwa itulah di antara sebab yang mengantarkan beliau
cinta kepada hadits-hadits musthafa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dan mulai mendalami ilmu hadits.
Kemudian ringkas kata dari kisah ini diantaranya juga beliau mendalami
ilmu qira’at (bacaan qur’an) kepada salah seorang guru besar ahli
qira’at di indonesia yang merupakan juri nasional dan internasional
qira’at alqur’an pada waktu itu.
Beliaupun belajar sampai meninggal dunia guru tersebut. Beliau pernah
ditawarkan oleh guru beliau tersebut untuk menjadi qari nasional namun
beliau menolak dengan mengatakan secara baik-baik kepada guru beliau
bahwa ajarkan saja saya ilmu tentang qira’at alqur’an.
Oleh karena itu dalam ilmu qira’at beliau memiliki ilmu yang cukup.
Terkadang di dalam majelis beliau suka memberikan penjelasan sedikit
berikut contohnya tentang macam baacan-bacaan alqur’an.
Kemudian beliau pernah menuturkan bahwa kalau ada seorang imam shalat
kemudian pas kebetulan dibelakang imam tersebut ada guru qira’at beliau
sebagai makmumnya, maka setelah shalat imam tersebut akan diberikan
kritikan ilmiyyah tentang kesalahanya dalam bacaan qur’an dan rata-rata
tidak ada yang lulus dari kesalahan, kata beliau.
Dan perlu antum sekalian ketahui akhi bahwa ada guru beliau yang paling
berkesan bagi beliau dan amat beliau cintai dari guru-guru beliau yang
lainnya, dia adalah sebagaimana dijelaskan oleh al ustadz merupakan ahli
tafsir di negri kita ini yang sangat disegani oleh para kiayi dinegri
ini.
Al ustadz belajar ilmu tafsir alqur’an kepada beliau bertahun-tahun
sampai guru beliau meninggal dunia. Tahukah antum sekalian akhi bahwa
sebelum mempelajari tafsir dengan sang guru maka yang dipelajari
terlebih dahulu adalah pengantar ilmu tafsir qur’an dan itu selama
beberapa tahun baru kemudian masuk kepada ilmu tafsir qur’an selama
beberapa tahun sampai wafatnya guru beliau.
Maka senantiasa ana merasa heran kepada sebagian orang yang atas dasar
ketidaktahuannya mengatakan bahwa al ustadz adalah orang yang belajar
agama secara otodidak, seharusnya orang yang tidak tahu tugasnya adalah
mencari tahu bukannya berbicara atas dasar kebodohannya dan malah
menyebarkanya kepada manusia.
Maka sesungguhnya Allah akan membalas atas apa yang dilakukan manusia
sebagaimana firman-Nya dalam surat al -Israa ayat 33: “…sesungguhnya
pendengaran penglihatan dan apa yang ada dalam hati akan dimintai
pertanggungan jawabnya”.
Ada beberapa kisah yang menarik antara beliau dan guru tafsir beliau
yang ingin ana ceritakan secara ringkas kepada antum sekalian.
Kisah Pertama bahwa guru beliau sebagaimana yang beliau ceritakan sangat
pakar dalam tafsir qur’an akan tetapi lemah dalam ilmu hadits, karena
tidak seorang alimpun yang sempurna ilmunya yang menguasai seluruh
disiplin ilmu di dalam islam. Maka apabila guru beliau ingin mengajar
atau berceramah dan membawakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam maka ia meminta kepada al ustadz untuk terlebih dahulu
memeriksa tentang keadaan hadits tersebut apakah sah atau tidak hadits
yang akan guru beliau bawakan.
Kisah yang kedua adalah pada waktu itu beliau telah mulai banyak menulis
risalah-risalah tentang permasalahan-permasalahan agama diantaranya
tentang hadits, maka diantara risalah yang beliau tulis adalah mengenai
hadits-hadits tentang ancaman berdusta atas nama Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam (tulisan beliau ini di kemudian hari beliau masukan
dalam kitab beliau diantaranya al masaail jilid yang pertama dengan
judul ancaman berdusta atas nama rasulullah), maka tulisan beliau ini di
baca oleh guru beliau dan guru beliau amat tertarik dengan tulisan
beliau ini. Maka tanpa sepengetahuan beliau, guru beliau memfotokopikan
tulisan beliau tersebut kemudian beliau bagikan kepada para kiayi di
negri ini dalam rangka memberikan masukan ilmiyyah kepada para kiayi
tentang permasalahan tersebut. Insya Allah bersambung akhi …
Judul asli :
Kisah Perjalanan Guru Yang Kami Cintai Karena Allah bag.1
sumber :
1. kiriman email dari facebook fakta salafi
Sumber:
http://inilahfakta.wordpress.com/2011/01/30/kisah-perjalanan-guru-yang-kami-cintai-karena-allah-bag-1/
2.
http://kitabdanherbal.blogspot.com/2011/02/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Alhamdulillah ya akhi
bahwa ana termasuk diantara yang dekat dengan beliau yaitu al ustadz
Abdul hakim bin Amir Abdat hafizhahullah dari sekian banyak kaum
muslimin dinegri ini. Dan wajib bagi ana ya akhi untuk menceritakan
sebagian tentang riwayat beliau yang ana ketahui karena ana adalah
diantara orang yang mengetahui atau mendapatkan kisah dari beliau apa
yang kaum muslimin yang lain tidak mengetahuinya agar mereka tahu dan
dapat berpijak dengan ilmu dan keadilan tentang seorang yang telah
banyak berjasa dalam menyebarkan dakwah sunnah, dakwah salafiyah
mubarakah di negri tercinta ini.
Ada banyak kisah-kisah menarik dan penuh dengan ibrah sebenarnya yang
ingin ana ceritakan dari kisah perjalanan ilmiyah beliau dalam menuntut
ilmu syar’i. Yang mana kisah-kisah tersebut penuh dengan pelajaran untuk
kita sekalian, dan yang akan paling dapat merasakan bagian terbesar
dari pelajaran tersebut adalah para “pelajar ilmiyyah” yaitu yang
mengkhususkan diri-diri mereka untuk menuntut ilmu agama Allah secara
lebih tafsil.
Yang kisah tersebut ana dan beberapa orang teman dapatkan langsung dari
beliau ditempat dan waktu yang berbeda-beda ketika sedang bersama
beliau, itu tadi yang ana jelaskan diawal karena kesempatan yang Allah
berikan kepada ana dan sebagian ikhwan untuk dapat mempunyai hubungan
yang lebih dari yang lain dengan beliau al ustadz yang kami cintai
karena Allah.
Perlu antum sekalian ketahui akhi yang dimuliakan oleh Allah atas sebab
Islam , bahwa kecintaan beliau terhadap ilmu islam adalah semenjak
beliau masih kanak-kanak yakni dibangku sekolah dasar yang merupakan
pendidikan formal satu-satunya yang beliau lalui. Oleh karena itu beliau
pernah mengatakan di majelis hadits shahih bukhari yang beliau pimpin
yang maknanya bahwa beliau hanyalah lulusan S1 yaitu SD karena “S”nya
cuma satu.
Akan tetapi bukankah jalan menempuh ilmu itu banyak yang pada zaman ini
telah disempitkan oleh sebagian manusia dimana mereka mengatakan bahwa
kalau seseorang itu tidak memiliki gelar-gelar dari pendidikan formal
maka dia bukan orang yang berpendidikan meskipun telah jelas sekali
dihadapan matanya akan luasnya ilmu orang tersebut.
Maka beliau memutuskan untuk fokus menuntut ilmu syar’i setelah selesai
beliau dibangku sekolah dasar. Perlu antum ketahui akhi bahwa keputusan
beliau untuk memfokuskan menuntut ilmu syar’i adalah atas dasar prinsip
beliau sendiri yang ketika itu masih anak-anak, namun SUBHANALLAH beliau
sudah memiliki prinsip yang seperti itu bahkan semenjak sekolah dasar.
Beliaupun sudah mempunyai prinsip yang kuat yang diterapkan oleh seorang
yang masih kanak-kanak pada waktu itu yaitu beliau tidak mau mengikuti
pelajaran yang sekiranya tidak bermanfaat buat beliau seperti kalau
sekarang namanya pelajaran ppkn dan beberapa pelajaran yang lainnya.
Maka beliau tidak lanjutkan pendidikan beliau ke jenjang formal SMP,
namun beliau memilih untuk mendalami ilmu agama yang pada awal
perjalanan beliau belajar disalah satu pesantren milik seorang kiyai
terkenal di jakarta yaitu kyai Abdullah Syafi’i yang merupakan guru-guru
awal beliau, namun beliau oleh ayahnya tidak di izinkan untuk berasrama
dipesantren tersebut.
Akan tetapi ayahnya meminta kepada pihak pesantren agar beliau pulang
pergi saja agar ayahnya lebih dapat mengurus keperluan beliau dengan
lebih baik. Maka belajarlah beliau disana sampai karena suatu sebab
beliau tidak belajar lagi di tempat tersebut dan pindah ke tempat yang
lain di jakarta juga yang saat ini tempat tersebut telah menjadi masjid
Istiqlal yang pada saat beliau belajar belum di bangun.
Dan beliau mengatakan bahwa beliau bersyukur kepada Allah bahwa beliau
tidak belajar terus ditempat belajar beliau yang pertama, karena kalau
sampai terus disana mungkin beliau akan berada diatas pemahaman
quburiyyun dan kesesatan dalam beragama seperti umumnya pemahaman islam
di negri kita ini.
Maka ditempat barunya ini beliau nampak sekali kecerdasan beliau
sehingga beliau selalu loncat langsung ke jenjang yang lebih tinggi,
sehingga beliau mengatakan yang maknanya bahwa “saya adalah yang paling
kecil diantara teman-teman belajar saya”.
Beliau pernah pada saat kewafatan ibunda beliau beberapa tahun lalu
tepatnya ketika khutbah kematian setelah dikuburkan jenazah ibunda
beliau ke dalam tanah, maka beliau langsung berkhutbah dan ada disalah
satu yang beliau sampaikan di khutbah tersebut yang membuat beliau
sangat sedihnya dan mulai berlinang airmata beliau dan juga air mata
para ikhwan yang hadir yang mendengarkan khutbah yang sangat bagus dan
bermanfaat tersebut tentang hakikat kematian yaitu beliau menceritakan
tentang jasa ibunda beliau yang membelikan kepada beliau kitab shahih
muslim yang merupakan kitab hadits pertama yang beliau miliki atas
hadiah dari ibunda beliau. Kitab tersebut masih ada sampai saat ini pada
beliau dan telah berumur tua.
Beliau mengatakan bahwa itulah di antara sebab yang mengantarkan beliau
cinta kepada hadits-hadits musthafa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dan mulai mendalami ilmu hadits.
Kemudian ringkas kata dari kisah ini diantaranya juga beliau mendalami
ilmu qira’at (bacaan qur’an) kepada salah seorang guru besar ahli
qira’at di indonesia yang merupakan juri nasional dan internasional
qira’at alqur’an pada waktu itu.
Beliaupun belajar sampai meninggal dunia guru tersebut. Beliau pernah
ditawarkan oleh guru beliau tersebut untuk menjadi qari nasional namun
beliau menolak dengan mengatakan secara baik-baik kepada guru beliau
bahwa ajarkan saja saya ilmu tentang qira’at alqur’an.
Oleh karena itu dalam ilmu qira’at beliau memiliki ilmu yang cukup.
Terkadang di dalam majelis beliau suka memberikan penjelasan sedikit
berikut contohnya tentang macam baacan-bacaan alqur’an.
Kemudian beliau pernah menuturkan bahwa kalau ada seorang imam shalat
kemudian pas kebetulan dibelakang imam tersebut ada guru qira’at beliau
sebagai makmumnya, maka setelah shalat imam tersebut akan diberikan
kritikan ilmiyyah tentang kesalahanya dalam bacaan qur’an dan rata-rata
tidak ada yang lulus dari kesalahan, kata beliau.
Dan perlu antum sekalian ketahui akhi bahwa ada guru beliau yang paling
berkesan bagi beliau dan amat beliau cintai dari guru-guru beliau yang
lainnya, dia adalah sebagaimana dijelaskan oleh al ustadz merupakan ahli
tafsir di negri kita ini yang sangat disegani oleh para kiayi dinegri
ini.
Al ustadz belajar ilmu tafsir alqur’an kepada beliau bertahun-tahun
sampai guru beliau meninggal dunia. Tahukah antum sekalian akhi bahwa
sebelum mempelajari tafsir dengan sang guru maka yang dipelajari
terlebih dahulu adalah pengantar ilmu tafsir qur’an dan itu selama
beberapa tahun baru kemudian masuk kepada ilmu tafsir qur’an selama
beberapa tahun sampai wafatnya guru beliau.
Maka senantiasa ana merasa heran kepada sebagian orang yang atas dasar
ketidaktahuannya mengatakan bahwa al ustadz adalah orang yang belajar
agama secara otodidak, seharusnya orang yang tidak tahu tugasnya adalah
mencari tahu bukannya berbicara atas dasar kebodohannya dan malah
menyebarkanya kepada manusia.
Maka sesungguhnya Allah akan membalas atas apa yang dilakukan manusia
sebagaimana firman-Nya dalam surat al -Israa ayat 33: “…sesungguhnya
pendengaran penglihatan dan apa yang ada dalam hati akan dimintai
pertanggungan jawabnya”.
Ada beberapa kisah yang menarik antara beliau dan guru tafsir beliau
yang ingin ana ceritakan secara ringkas kepada antum sekalian.
Kisah Pertama bahwa guru beliau sebagaimana yang beliau ceritakan sangat
pakar dalam tafsir qur’an akan tetapi lemah dalam ilmu hadits, karena
tidak seorang alimpun yang sempurna ilmunya yang menguasai seluruh
disiplin ilmu di dalam islam. Maka apabila guru beliau ingin mengajar
atau berceramah dan membawakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam maka ia meminta kepada al ustadz untuk terlebih dahulu
memeriksa tentang keadaan hadits tersebut apakah sah atau tidak hadits
yang akan guru beliau bawakan.
Kisah yang kedua adalah pada waktu itu beliau telah mulai banyak menulis
risalah-risalah tentang permasalahan-permasalahan agama diantaranya
tentang hadits, maka diantara risalah yang beliau tulis adalah mengenai
hadits-hadits tentang ancaman berdusta atas nama Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam (tulisan beliau ini di kemudian hari beliau masukan
dalam kitab beliau diantaranya al masaail jilid yang pertama dengan
judul ancaman berdusta atas nama rasulullah), maka tulisan beliau ini di
baca oleh guru beliau dan guru beliau amat tertarik dengan tulisan
beliau ini. Maka tanpa sepengetahuan beliau, guru beliau memfotokopikan
tulisan beliau tersebut kemudian beliau bagikan kepada para kiayi di
negri ini dalam rangka memberikan masukan ilmiyyah kepada para kiayi
tentang permasalahan tersebut. Insya Allah bersambung akhi …
Judul asli :
Kisah Perjalanan Guru Yang Kami Cintai Karena Allah bag.1
sumber :
1. kiriman email dari facebook fakta salafi
Sumber:
http://inilahfakta.wordpress.com/2011/01/30/kisah-perjalanan-guru-yang-kami-cintai-karena-allah-bag-1/
2.
http://kitabdanherbal.blogspot.com/2011/02/biografi-al-ustadz-abdul-hakim-bin-amir.html
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Assalamu'alaykum apakah beliau ustadz abdul hakim masih mau menerima murid? Dimanakah bisa bertemu dengan beliau?
BalasHapusantum bisa datang saja ke pengajian beliau, membahas kitab hadits shahih bukhari, kajian terbuka utk umum (khusus laki-laki), bertempat di Masjid AlMubaraq (belakang gedung pos kota gajahmada Jakpus), kajian dimulai jam 08:30 - selesai
BalasHapusSemoga Alloh selalu menjaga al-ustadz berserta keluarga...
BalasHapusBanyak faedah yg ana ambil selama bermajelis dgn Beliau, diantaranya akhlak Beliau dlm membantah firqoh2 (terutama yg tumbuh subur di negeri kita), Beliau membantahnya dgn al-ilmu & tentunya dgn adab yg baik, tdk dgn hawa nafsunya...
Konyol ketika yg mendalami ilmu hadist tapi seringkali mengeluarkan fatwa fiqh . Apakah dia belajar juga ilmu fiqih dan Ushul fiqh nya?
BalasHapusIlmu hadits itu induk dari segala cabang ilmu. Orang yg mempelajari ilmu hadits otomatis faham fiqih, aqidah, manhaj dll. Sedangkan orang yg belajar ushul fiqih belum tentu faham ilmu hadits. Dan mempelajari ilmu hadits itu memakan waktu kira-kira 10 tahun, setahu saya itu, kalau ada yg salah mohon koreksi
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusIlmu fiqhnya ambil darimana mas kalau bukan dari hadits? Gini mas, dalam fiqh sholat setiap gerakan dan bacaan sholat itu ada haditsnya lo...begitu juga dengan ilmu fiqih yang lain..
HapusUshul fiqhnya pake imam Syafi'i
HapusSebelum adanya ushul fiqih imam syafii bagaimana org2 sebelum beliau beragama akhi?
HapusMudah2n ustad di rahmati oleh Allah saya baru hijrah ya akhi dan saya selalu mengikuti pengjian beliau walupun hnya lwt you tube krna saya di kalimantan. Ingin rasanya bertemu beliau dan langsung mendengarkan pengajian beliau.��
BalasHapusSaya mau nanya apa hukum nya tentang maulid sampai di katakan bid ah
BalasHapusKarena Rasulullah Salallahu a'laihi wassallam tidak mencontohkan memperingatinya sehingga tidak perlu dilakukan.jadi buat apa dilakukan kalau ga ada contohnya,kita sibuk aja memperingati hari kelahiran Rasulullah tapi tidak memahami apa inti Rasulullah dilahirkan.Rasulullah itu dilahirkan sebagai Panutan dan penuntun dalam beribadah dan beradab.
HapusIbnu Hajar saja mengakui bahwa maulid bidah, bukannya..?
HapusAssalamualaikum akhi. Ana mau nanya aja. Guru qira'ah dan tafsir yang menjadi guru Ustadz abdul amir itu siapa? Bolehkah ana tau namanya? Cuma pengen tahu aja. Syukron katsiron ya akhi. Wassalamualaikum
BalasHapusAku sangat suka dengan al ustadz abdul hakim boleh gak ana nanya ada berapa hadist yang menjelaskan tentang haram nya musik dan boleh gak kalau ana minta satu hadist saja sekian w Assallamuallaikum wr wb
BalasHapusAfwan akhi, umur beliau ustadz abdul hakim brp ya??
BalasHapusTanggal dan tempat lahirnya tidak ada yang tahu. Dirahasiakan..Imam Ahmad Hambali saja kita tahu. Murid murid Ustad Abdul Hakim Amir Abdat tidak ada yang tahu...
Hapustidak diketahui tempat dia menuntut ilmu..
BalasHapusUstadz Hakim, lama sekali ana gak sua dengan antum.
BalasHapusAfwan, ana gak bisa mengembangkan Tasjilat Al-Ikhlas