Al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya kepada Amir bin
Syarahil asy-Sya’bi -kabilah Hamdan- bahwasanya ia bertanya kepada
Fathimah binti Qais, saudari adh-Dhahhak bin Qais, -dia adalah salah
seorang wanita yang ikut pada hijrah yang pertama- dia berkata,
“Ceritakanlah kepadaku satu hadits yang engkau dengar dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak engkau sandarkan kepada seorang
pun selain beliau!” “Jika engkau mau, maka aku akan melakukannya,”
Jawabnya. Dia berkata, “Tentu saja, ceritakanlah kepadaku.” Akhirnya dia
menceritakan bagaimana dia menjanda dari suaminya, dan bagaimana ia
melakukan ‘iddah di rumah Ibnu Ummi Maktum, kemudian
dia berkata, “Setelah masa ‘iddahku selesai, aku mendengar panggilan
penyeru Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ‘Shalat berjama’ah,’
lalu aku pergi menuju masjid dan melakukan shalat bersama Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu aku berada di shaff para
wanita yang dekat dengan barisan kaum (pria). Setelah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menyelesaikan shalatnya, beliau duduk di
atas mimbar sambil tersenyum, lalu berkata, “Hendaklah setiap orang
tetap pada tempat shalatnya!”
Selanjutnya beliau bersabda, “Apakah
kalian tahu mengapa aku mengumpulkan kalian?” Mereka menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya
aku tidak mengumpulkan kalian untuk menyampaikan kabar gembira atau
kabar buruk, akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad-Dari
sebelumnya adalah seorang Nasrani, lalu dia datang, melakukan bai’at dan
masuk Islam. Dia menceritakan kepadaku sebuah cerita yang sesuai dengan
apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Masihud Dajjal. Dia
menceritakan kepadaku bahwa dia pernah menaiki sebuah kapal laut bersama
30 orang yang berpenyakit kulit dan kusta. Mereka terombang ambing oleh
ombak selama satu bulan di tengah lautan hingga akhirnya terdampar pada
sebuah pulau di arah terbenamnya matahari. Mereka menaiki kapal kecil
(sampan), lalu mereka masuk ke dalam pulau. Selanjutnya binatang dengan
berbulu lebat menemui mereka, mereka tidak mengetahui mana depan juga
mana belakangnya karena bulunya lebat, mereka berkata, ‘Celaka! Siapa
engkau?’ Dia menjawab, ‘Aku adalah al-Jassasah.’ Mereka bertanya,
‘Apakah al-Jassasah itu?’ Dia berkata (tanpa menjawab), ‘Wahai kaum!
Pergilah kepada orang yang berada di dalam kuil ini, karena dia sangat
merindukan berita dari kalian.’ (Tamim ad-Dari) berkata, ‘Ketika
binatang itu menyebutkan seseorang kepada kami, maka kami pun
meninggalkannya karena kami takut jika dia adalah syaitan.’
Dia berkata,
‘Akhirnya kami cepat-cepat pergi hingga kami memasuki kuil, ternyata di
dalamnya ada orang yang sangat besar dan diikat dengan sangat kuat yang
pertama kali kami lihat. Kedua tangannya dibelenggu sampai ke lehernya,
antara kedua lututnya hingga kedua mata kakinya dirantai dengan besi,
kami berkata, ‘Celaka, siapa engkau?’ Dia berkata, ‘Kalian telah
ditakdirkan untuk membawa kabar untukku, kabarkanlah siapa kalian?’
Mereka menjawab, ‘Kami adalah manusia dari bangsa Arab, kami menaiki
kapal laut, lalu kami mendapati laut dengan ombaknya sedang mengamuk,
kami terombang ambing oleh ombak selama satu bulan di tengah lautan
hingga terdampar di pulau ini, kemudian kami menaiki sampan, lalu kami
masuk ke pulau ini, selanjutnya binatang dengan berbulu lebat menemui
kami, kami tidak mengetahui mana depan juga mana belakangnya karena
bulunya sangat lebat. Kami berkata, ‘Celaka! Siapa engkau?’ Dia
menjawab, ‘Aku adalah al-Jassasah.’ Kami bertanya, ‘Apakah al-Jassasah
itu?’ Dia berkata (tanpa menjawab), ‘Pergilah kepada orang yang berada
di dalam kuil ini karena dia sangat merindukan berita dari kalian,’
akhirnya kami pun segera mendatangimu. Kami merasa kaget dan takut
kepadanya, dan mengira bahwa dia adalah syaitan.’
Dia berkata,
‘Kabarkanlah kepadaku tentang pohon kurma di Baisan? ’ Kami berkata,
‘Apa yang engkau tanyakan tentangnya?’ Dia menjawab, ‘Aku bertanya
kepada kalian tentang buahnya, apakah dia masih berbuah?’ Kami menjawab,
‘Ya (masih berbuah).’ ‘Hampir saja dia tidak berbuah lagi,’ katanya.
Dia berkata, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang danau Thabariyah?’ Kami
berkata, ‘Apa yang engkau tanyakan tentangnya?’ Dia menjawab, ‘Apakah
masih ada airnya?’ Mereka menjawab, ‘Danau itu masih banyak airnya.’
“’Hampir saja airnya kering,’ katanya. Dia berkata, ‘Kabarkanlah
kepadaku tentang mata air Zughar ?’ Mereka berkata, ‘Apa yang engkau
tanyakan tentangnya?’ Dia menjawab, ‘Apakah mata air tersebut masih
mengalir? Dan apakah penduduknya masih bercocok tanam dengan airnya?’
Kami menjawab, ‘Betul, airnya masih banyak dan penduduknya masih
bercocok tanam dengan airnya.’ Dia bertanya, ‘Kabarkanlah kepadaku
tentang Nabi orang-orang yang ummi, apa yang dia lakukan?’ Mereka
menjawab, ‘Dia telah berhijrah dari kota Makkah dan singgah di Yastrib
(Madinah).’ ‘Apakah orang-orang memeranginya?’ Tanya dia. ‘Betul,’ jawab
kami. Dia bertanya, ‘Apa yang dia lakukan terhadap mereka?’ Lalu kami
pun mengabarkan kepadanya bahwasanya dia telah menolong orang-orang yang
mengikutinya dan mereka pun taat kepadanya.’ Dia berkata kepada mereka,
‘Apakah benar seperti itu?’ Kami menjawab, ‘Betul.’ Dia berkata,
‘Sesungguhnya lebih baik bagi mereka untuk mentaatinya, dan aku kabarkan
kepada kalian sesungguhnya aku adalah al-Masih (Dajjal), dan hampir
saja aku diizinkan untuk keluar hingga aku bisa keluar, lalu aku akan
berkelana di muka bumi, maka aku tidak akan pernah meninggalkan satu
kampung pun melainkan aku menyinggahinya dalam waktu empat puluh malam,
selain Makkah dan Thaibah (Madinah), keduanya diharamkan atasku. Setiap
kali aku hendak masuk ke salah satu darinya, maka para Malaikat akan
menghadangku dengan pedang yang terhunus yang menghalangiku dengannya,
dan pada setiap lorong-lorong kedua kota tersebut ada seorang Malaikat
yang menjaganya.’”
Dia (Fathimah) berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda -sambil menusukkan tongkat kecilnya di mimbar-, ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah -yakni Madinah- ingatlah bukankah aku pernah mengatakan hal itu kepada kalian?” Lalu orang-orang berkata, “Benar.” “Sungguh cerita yang diungkap-kan oleh Tamim telah membuatku kagum karena ia sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepadanya, tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) berada di lautan Syam, atau lautan Yaman. Oh tidak, tetapi berada dari arah timur, dari arah timur, dari arah timur,’ (dan beliau memberikan isyarat dengan tangannya ke arah timur).”
Dia (Fathimah) berkata, “Maka aku hafal hal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sebagian ulama beranggapan bahwa hadits Fathimah ini gharib yang hanya diriwayatkan oleh perorangan. Padahal tidak demikian. Sebab, selain Fathimah juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, ‘Aisyah, dan Jabir Radhiyallahu anhum.”
Dia (Fathimah) berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda -sambil menusukkan tongkat kecilnya di mimbar-, ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah -yakni Madinah- ingatlah bukankah aku pernah mengatakan hal itu kepada kalian?” Lalu orang-orang berkata, “Benar.” “Sungguh cerita yang diungkap-kan oleh Tamim telah membuatku kagum karena ia sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepadanya, tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) berada di lautan Syam, atau lautan Yaman. Oh tidak, tetapi berada dari arah timur, dari arah timur, dari arah timur,’ (dan beliau memberikan isyarat dengan tangannya ke arah timur).”
Dia (Fathimah) berkata, “Maka aku hafal hal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sebagian ulama beranggapan bahwa hadits Fathimah ini gharib yang hanya diriwayatkan oleh perorangan. Padahal tidak demikian. Sebab, selain Fathimah juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, ‘Aisyah, dan Jabir Radhiyallahu anhum.”
Fat-hul Baari (XIII/328)
*Garis bawah Tambahan dari Admin : Lihat Dajjal saja memerintahkan supaya kita mentaati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
0 komentar:
Posting Komentar