Rasulullah..
Kelahirannya berarti kelahiran sunnah dan risalahnya.
Sehingga kapan saja engkau mengamalkan sunnahnya, saat itulah engkau merayakan kelahirannya.
Namun bila engkau meninggalkannya, apalagi merendahkannya, maka cintamu takkan berarti, meski kau larut dalam bait-bait pujian di malam kelahirannya.
Cintailah dia dengan ittiba...
Ingatlah dia bersama jenggot yang engkau biarkan tumbuh..
Bersama pakaian yang tak kau biarkan menjulur melewati mata kaki..
Dalam shalawat yang terucap setiap kali namanya disebut...
Dalam senyum tulus untuk saudaramu saat bertemu...
Bersama ayunan langkah menuju masjid untuk sholat berjamaah...
Disaat menaiki kenderaan dengan do'a yang pernah dia ajarkan dulu..
Cintailah ia seperti yang dia inginkan..
Dengan sunnah yang diajarkannya, bukan dengan bid'ah yang dicelanya.
Saya pernah mendengar sebuah ungkapan indah tentang konsekuensi cinta.
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَـهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ أَحَبَّ مُطِيْـعُ
Bila cintamu tulus murni (kepadanya), niscaya engkau akan mentaatinya.
Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan patuh terhadap orang yang dicintainya.
Sekali lagi...
Cintailah dia dengan ittiba'..
Sebagaimana firman Allah:
“Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh maka ikutilah aku (nabi muhammad sholAllahu ‘alaihi wa sallam ), niscaya Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Māhapengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-‘Imrân: 31)
Allahumma sholli ala Muhammad wa ala aali Muhammad.
Catatan:
*Ittiba': Mengikuti petunjuk hidup Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam.
__________
Madinah 08-03-1437 H
ACT El Gharantaly
0 komentar:
Posting Komentar