Apakah Bumi Bulat Bola Atau Datar Menurut Pandangan Syariat?
Pengetahuan yang selama ini diketahui umumnya orang adalah bahwa bumi itu bulat, namun berkembang juga pemahaman bahwa bumi itu datar atau disebut juga pemahaman flat earth
Salah satu masalah yang sedang
berkembang akhir-akhir ini adalah perdebatan mengenai bentuk bumi kita, apakah
bulat ataukah datar. Pengetahuan yang selama ini diketahui umumnya orang adalah
bahwa bumi itu bulat, namun berkembang juga pemahaman bahwa bumi itu datar atau
disebut juga pemahaman flat earth. Beberapa ulama sebenarnya telah
membahas hal ini, mereka membahas masalah bentuk bumi dari perspektif syariat.
Tentunya mereka berdalil dengan yang tersirat dalam auat-ayat Al-Quran dan
hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang mengabarkan tentang alam
semesta ini.
Klaim ijma bumi itu bulat
Perlu diketahui bahwa ada klaim
ijma’ dari sebagian ulama bahwa bumi itu bulat. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata,
وقال الإمام أبو الحسين أحمد بن جعفر
بن المنادي من أعيان العلماء المشهورين بمعرفة الآثار والتصانيف الكبار في فنون
العلوم الدينية من الطبقة الثانية من أصحاب أحمد : لا خلاف بين العلماء أن السماء
على مثال الكرة ……
قال : وكذلك أجمعوا على أن الأرض
بجميع حركاتها من البر والبحر مثل الكرة . قال : ويدل عليه أن الشمس والقمر
والكواكب لا يوجد طلوعها وغروبها على جميع من في نواحي الأرض في وقت واحد ، بل على
المشرق قبل المغرب
“Telah berkata
Imam Abul Husain Ibnul Munadi rahimahullah termasuk ulama terkenal dalam
pengetahuannya terhadap atsar-atsar dan kitab-kitab besar pada cabang-cabang
ilmu agama, yang termasuk dalam thabaqah/tingkatan kedua ulama dari pengikut
imam Ahmad: “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa langit itu
seperti bola
Beliau juga berkata: “Demikian
pula mereka telah bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh pergerakannya baik
itu di daratan maupun lautan, seperti bola
Beliau berkata lagi: “Dalilnya adalah
matahari , bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan tenggelam pada semua
penjuru bumi dalam satu waktu, akan tetapi terbit di timur dahulu sebelum
terbit di bara”.
Demikian juga Ibnu Hazm rahimahullah
berkata,
أن أحد من أئمة المسلمين المستحقين لإسم الإمامة بالعلم رضي
الله عنهم لم ينكروا تكوير الأرض ولا يحفظ لأحد منهم في دفعه كلمة بل البراهين من
القرآن والسنة قد جاءت بتكويرها
“Para Imam kaum muslimin yang berhak
mendapar gelar imam radhiallahu anhum tidak mengingkari bahwa bumi itu bulat.
Tidak pula diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti
dari Al-Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat”.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah
berkata,
في كون الأفلاك كروية الشكل والأرض كذلك وأن نور القمر مستفاد
من نور الشمس وأن الكسوف القمرى عبارة عن انمحاء ضوء القمر بتوسط الأرض بينه وبين
الشمس
“Bahkan alam semesta dan bumi
betuknya adalah bola, demikian juga penjelasan bahwa cahaya bulan berasal dari
pantulan sinar matahari dan gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang
oleh bumi yang terletak antara bulan dan matahari”.
Demikian juga pendapat bahwa
beberapa ulama kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.
Batalnya klaim Ijma’
Perlu diketahui juga bawa ada
beberapa ulama ada yang menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-Qahthaniy
Al-Andalusy dalam kitab Nuniyah-nya,
كذب المهندس والمنجم مثله … فهما لعلم الله مدعيان
الأرض عند كليهما كروية … وهما بهذا القول مقترنان
والأرض عند أولي النهى لسطيحة … بدليل صدق واضح القرآن
“Telah berbohong ilmuan dan astronom
yang semisal … mereka mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi menurut mereka bulat … mereka
bergandengan dengan pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah
datar … dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”.
Demikian juga dalam Tafsir
Jalalain, ketika menafsirkan ayat
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi
itu (سُطِحَتْ) “sutihat”
menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah”
yaitu bulat, dalam tafsir dijelaskan,
سطحت ظاهر في أن الأرض سطح وعليه علماء الشرع لا كرة كما قاله
أهل الهيئة
“Makna ‘sutihat’ zahirnya
menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat
sebagaimana dikatakan oleh ahli astronom”.
Demikian juga Al-Qurthubi dalam
tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ
وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah menghamparkan
bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala
sesuatu menurut ukuran” (Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,
وهو يرد على من زعم أنها كالكرة
“Ini adalah bantahan bagi mereka
yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola”.
Dari sini kita ketahui bahwa ada
ulama yang menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas.
Dalil-dalil yang digunakan kedua pendapat, dari Al-Quran
dan As Sunnah
Masing-masing pendapat yang ada
berdalil dengan Al Quran dan Sunnah dan saling membantah. Jika membahas
dalil-dalil mereka maka cukup panjang, maka kita beri beberapa contoh saja:
1) Dalil bahwa bumi itu bulat
menurut pro bumi bulat, surat Az Zumar ayat 5
Allah berfirman,
يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ
عَلَى اللَّيْلِ
“Dia menutupkan/menggilirkan
(takwrir) malam atas siang dan menutupkan/menggilirkan siang atas malam”
(Az-Zumar : 5).
Pro bumi bulat berkata bahwa takwir
itu bermakna lingkaran atau melingkari, misalnya melingkari penutup kepala
imamah, karenanya bumi itu bulat-bola bergantian siang dan malam.
Pro bumi datar membantah bahwa
justru itu dalil bahwa bumi itu datar dan berbentuk lingkaran (piring bulat),
matahari dan bulan berputar melingkar di atas bumi dan menggantikan siang dan
malam.
2) Dalil bumi itu datar menurut pro
bumi datar, surat At Thur ayat 6
Yaitu posisi baitul makmur
(ka’bah penduduk langit) yang berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di
Mekkah
وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِْ وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِْ .
وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ
“dan demi Baitul Ma’mur , dan
atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”
(QS. At-Thur: 4-6)
Al-Baghawi rahimahullah
berkata,
”
والبيت المعمور “، بكثرة الغاشية والأهل، وهو بيت في
السماء حذاء العرش بحيال الكعبة
“Baitul Makmur: banyaknya yang
memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar
dengan Ka’bah bumi” .
Pro bumi datar berkata: “Bagaimana
mungkin bumi bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur sejajar dengan
baitullah di Mekkah, bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti
baitul makmur mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau
bumi datar maka masuk akal jika sejajar”.
Pro bumi bulat membantah: “bisa
jadi, ini hal ghaib yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal ghaib yang
tidak masuk akal kita sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan
wajahnya dalam Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi
ke tempat yang jauh dalam semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan
pesawat super cepat”.
3) Dalil bumi datar menurut pro bumi
datar, surat Al Ghasyiyah ayat 20
Ayat yang menjelaskan bahwa bumi itu
dihamparkan. Allah berfirman,
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan (apakah manusia tidak mau
memikirkan) bagaimana bumi itu dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20).
Pro-datar berkata: “ini sangat jelas
mengatakan bumi dihamparkan, menghamparkan permadani misalnya, tentu pada benda
yang datar”.
Pro-bulat membantah: “silahkan lihat
penjelasan ulama semisal syaikh Al-Utsaimin dan fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah yang menjelaskan bahwa bumi itu
datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan bentuk sebenarnya adalah
bulat-bola”.
4) Dalil bumi bulat menurut pro bumi
bulat, klaim ijma’ dari Syaikhul Islam, Ibnu Hazm dan beberapa ulama lain.
Namun klaim ijma’ ini perlu
dikritik karena adanya pendapat lain dari ulama terdahulu seperti Al
Qurthuby dan penulis Tafsir Jalalain yang telah di sebutkan di atas.
Sebenarnya masih banyak lagi
dalil-dalil lainnya yang menjadi pembahasan dua kubu dan kita cukupkan saja
contohnya sebagaimana di atas.
Tidak ada dalil yang tegas menyatakan bahwa bumi bulat atau datar
Setelah kita melihat pendalilan dua
kelompok yang berbeda pendapat, maka kita dapatkan dalam satu dalil yang sama,
bisa mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka masing-masing yang
bertentangan padahal dalilnya sama. Memang dalam Al-Quran dan Sunnah tidak
didapatkan dalil yang tegas dan jelas mengenai hal ini yang menyebut dengan
tegas “bumi bulat-bola” atau “bumi datar”.
Kita bisa lihat yang pro-bulat
menggunakan penjelasan syaikh Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu bulat
dengan dalil dan penjelasan oleh Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh
Al-Ustaimin dan juga Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata
surya dan tidak berputar sedangkan matahari yang mengelilingi bumi. Tentu ini
bertentangan dengan sebagian orang yang pro bumi bulat, yang mereka menyakini
bahwa bumi itu bulat dan mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan
Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi dengan penjelasan
dalil dalam Al-Quran dan Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,
أما رأينا حول دوران الشمس على الأرض الذي يحصل به تعاقب الليل
والنهار، فإننا مستمسكون بظاهر الكتاب والسنة من أن الشمس تدور على الأرض دورانا
“Pendapat kami, matahari yang
mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam, kami berpegang
teguh dengan dzahir Al-Quran dan Sunnah bahwa matahari itu yang benar-benar
mengelilingi bumi”.
Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa
bumi berputar (berarti matahari yang berputar mengelilingi agar terjadi siang
dan malam), beliau berkata,
أما دورانها فقد أنكرته وبيَّنتُ الأدلة على بطلانه
“Adapun perputaran bumi maka aku
ingkari dan aku telah jelaskan dalil tidak benarnya (perputaran bumi)”.
Dalil yang mereka gunakan untuk
pernyataan “matahari mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya yang menurut
mereka cukup jelas bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits
riwayat Bukhari dan Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala
sampai di bawah Arsy maka matahari bersujud.
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ أَنَّ اْلنَّبِيَّ قَالَ يَوْمًا :
أَتَدْرُوْنَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ اْلشَّمْسُ؟ قَالُوْا:
اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ
تَجْرِيْ حَتىَّ تَنْتَهِيَ إِلىَ مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ اْلعَرْشِ, فَتَخِرَّ
سَاجِدَةً, فَلاَ تَزَالُ كَذَالِكَ حَتىَّ
يُقَالَ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, اِرْجِعِيْ مِنْ حَيْثُ جِئْتِ فَتَرْجِعُ,
فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا, ثُمَّ تَجْرِيْ
لاَ يَسْتَنْكِرُهَا اْلنَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا حَتىَّ تَنْتَهِيَ عَلىَ
مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ اْلعَرْشِ فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, أَصْبِحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً
مِنْ مَغْرِبِِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَتَدْرُوْنَ مَتىَ ذَاكُمْ؟ ذَاكَ
حِيْنَ (لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِنْ قَبْلُ
أَوْ كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا) (الأنعام: 158)
Dari Abu Dzar bahwa pada suatu
hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tahukah kalian
ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga
sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu
seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula
engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian
dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia
bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya:
‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan
terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak
menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di
bawah Arsy, lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’,
maka dia pun terbit dari barat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi
ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”.
Akan tetapi yang mengatakan bahwa
“bumi mengelilingi matahari” bisa membantah juga: matahari itu memang bergerak
dan mengelilingi pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa
ulama yaitu Syaikh Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau
pun membawakan dalil dan penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
نحن في الحقيقة لا نشك في أن قضية دوران الأرض حقيقة علمية لا
تقبل جدلا
“Kami sejatinya tidak ragu bahwa
perputaran bumi merupakan fakta yang ilmiah dan tidak bisa dibantah”.
Demikianlah, kesimpulannya mengenai
apakah bumi datar atau bulat-bola, maka tidak kita dapatkan dalil yang tegas menyebutkan
“bumi itu bulat” atau “bumi itu datar”.
Yang benar adalah sesuai dengan penelitian dan fakta ilmiah ilmu
dunia
Apakah bumi datar atau bulat maka
kita kembalikan lagi kepada penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini dicerminkan
dari sikap Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan
kedua ilmu yaitu fakta ilmu dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang
tersirat” dalam Al-Quran dan Sunnah.
Simak tanya jawab beliau dan
kehati-hatian beliau dalam berfatwa,
سؤال من مسلم بريطاني / هل في رأيكم أن العالم كروي أو مستقيم
؟
ج الشيخ : هذا السؤال جغرافي وإلا ديني ؟
س / كلاهما
ج الشيخ : كروي
س / هل أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة
ج الشيخ / مستقيمة أو مسطحة ؟
س / مسطحة
ج الشيخ / ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية
ج الشيخ : هذا السؤال جغرافي وإلا ديني ؟
س / كلاهما
ج الشيخ : كروي
س / هل أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة
ج الشيخ / مستقيمة أو مسطحة ؟
س / مسطحة
ج الشيخ / ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية
Pertanyaan untuk syaikh Al-Albani
dari seorang muslim di Inggris:
Penyana: Apa pendapatmu, apakah bumi
itu bulat atau datar?
Syaikh: Apakah ini pertanyaan
geografi atau pertanyaan agama?
Penyanya: Keduanya
Syaikh: Bumi itu bulat-bola
Penanya: Jika demikian syaikh Bin
Baz salah mengatakan bumi lurus (ingat ada klarifikasi bahwa syaikh Bin Baz
mengatakan bumi itu bulat, pent)
Syaikh: Lurus atau datar?
Penanya: Datar
Syaikh: Saya berharap itu adalah
kesalahan geografi (Syaikh Al-Albani yakin Syaikh bin Baz cerdas masalah agama
sehingga, sehingga beliau berharap Syaikh bin Baz menjawab dengan pengetahuan
beliau dari ilmu geografi, pent).
Dari tanya jawab ini kita dapat dua
pelajaran penting:
Pertama: Syaikh Al-Albani sangat hati-hati berfatwa sehingga beliau
bertanya apakah bumi bulat atau datar tersebut, apakah ditinjau dari segi ilmu
agama atau ilmu geografi dan penanya menjawab “keduanya”. Maka syaikh Al-Albani
menjawab bahwa bumi itu bulat, karena ditinjau dari ilmu geografi beliau bahwa
bumi itu bulat, sedangkan dari ilmu agama, beliau lebih condong dengan dalil
yang tersirat (bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi
itu bulat
Beliau menjelaskan setelah tanya
jawab tadi bahwa tidak ada dalil tegasnya, beliau berkata,
ليس هناك نص قاطع يؤيد أحد الوجهين المختلفين …بعض الآيات من
القرآن الكريم التي تتعلق بهذا الموضوع يمكن أن يفهم منها ثبات الأرض وسطحيتها ،
والبعض الآخر يمكن أن يفهم منها حركتها ودورانها
“Tidak ada dalil tegas yang
mendukung dua pendapat yang berbeda ini… sebagian ayat Al-Quran yang berkaitan
dengan hal ini bisa jadi dipahami bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian
ayat lainnya bisa saja dipahami bumi bergerak dan berputar.”
Bahkan beliau menegaskan
selanjutnya, permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan
aqidah, beliau berkata
ولهذا قلنا أن هذه ليست مسألة اعتقادية
“Karenanya kami katakan bawa masalah
ini bukanlah masalah i’tiqadiyah”.
Tentunya jika memang masalah aqidah
tentu sudah dibahas dan menjadi penekanan utama oleh banyak ulama dalam
berbagai kitab mereka.
Kedua: Lihat sikap Syaikh Al-Albani yang bersebrangan dengan
Syaikh Bin Baz, beliau sangat berharap Syaikh Bin Baz hanya salah dalam ilmu
geografi saja dan ini wajar karena Syaikh Bin Baz bukan ahli geografi dan hanya
ikut saja dari apa info yang sampai ke beliau.
Patut direnungi oleh sebagian kecil
saudara kita muslim yang mungkin saling berdebat apakah bumi itu bulat atau
datar sampai tahap mencela, menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini,
padahal mereka bersaudara dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah
permasalahan aqidah.
Kesimpulan dari tulisan kami:
- Tidak ada dalil yang tegas dalam Al-Quran dan Sunnah yang menyatakan bahawa bumi itu bulat atau datar, sedangkan klaim ijma yang ada perlu dipertanyakan validitasnya, karena diketahui ternyata ada beberapa ulama yang menyelisihi klaim ijma’ tersebut
- Permasalahan apakah bumi bulan atau datar bukanlah permasalahan aqidah.
- Jika memang bukan permasalahan aqidah terutama, tidak layak bagi kaum muslimin berpecah belah dalam hal ini, saling mencela, menyindir dan bermusuhan dalam rangka mendukung pendapatnya.
- Karena bukan masalah aqidah maka tidak bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir hanya karena keyakinan apakah bumi bulat atau datar. Karenanya syaikh Bin Baz ketika mengingkari bumi berputar (beliau berpendapat bumi diam), tetapi beliau tidak mengkafirkan yang mengatakan bumi berputar, beliau berkata,
ولكني لم أكفِّر من قال به
“Akan
tetapi aku tidak mengkafirkan mereka yang mengatakan demikian”.
- Apakah bumi itu bulat atau datar maka dikembalikan kepada penelitian dan fakta ilmiah dan tentunya oleh para ahlinya dalam masalah ini. Allah berfirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ
كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui”
(An-Nahl:43).
- Dalil Al-Quran dan Sunnah yang sudah pasti dan tegas (dalil qath’i) tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah dan akal manusia yang sehat. Sebagaimana dijelaskan bahwa tidak ada dalil tegas apakah bumi itu bulat atau datar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan,
كل ما قام عليه دليل قطعي سمعي يمتنع
أن يعارضه قطعي عقلي
“Semua
yang telah ada dalil pasti/qath’i maka tidak bertentangan dengan akal yang
sehat”.
- Yang lebih penting adalah dari “bumi datar atau bulat” adalah kita hidup di atas bumi, akan meninggalkan bumi menuju kampung akhirat yang kekal serta bagaimana agar bumi sebagai tempat mencari bekal untuk pulang ke kampung akhirat yaitu bekal iman, takwa, amal kebaikan yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk di muka bumi.
Demikian pemabahasan ini, semoga
bermanfaat bagi kita.
***
@Laboratorium RS Manambai, Sumbawa
Besar, Sabalong-Samalewa
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id
___
- Lihat Majmu’ Fatawa: 25/ 195
- Fashl fil Milal 2/78, Maktabah Al-Kaniwy, Koiro, Syamilah
- Miftah Daris Sa’adah 2/212, Darul Kutub Ilmiyah, Koiro, Syamilah
- Nuniyyah Al-Qahthani, Maktabah As-Sudaniy, Jeddah, Syamilah
- Tafsir Jalalain 1/805, Darul Hadits, Koiro, Syamilah
- Tafsir Al-Qurthubi 10/13, Darul Kutub Al-Mishriyyah, Koiro, 1384 H, Syamilah
- Ma’alimut Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV, 1414 H, syamilah. Silahkan baca tulisan kami selengkapnya mengenai posisinya sejajar di link https://muslim.or.id/16573-mengenal-baitul-makmur-kabah-penduduk-langit.html
- Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail 8/664
- Fatwa Al-Lanah Ad-Daimah 26/414
- Majmu’ Fatawa wa Rasail 1/71, Darul Wathan, 1413 H, syamilah
- Majmu Fatawa Syaikh Bin Baz 9/228, bisa di akses di link ini juga: http://www.binbaz.org.sa/article/472
- HR. Bukhari dan Muslim
- Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/497. Simak juga penjelasan beliau di sini: https://www.youtube.com/watch?v=PdBDFXtYKhU
- Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436
- Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436
- Majmu Fatawa syaikh Bin Baz 9/228, bisa diakses juga di link: http://www.binbaz.org.sa/article/472
- Dar’ut Ta’arudh 1/80
Sumber: https://muslim.or.id/28368-apakah-bumi-bulat-bola-atau-datar-menurut-pandangan-syariat.html